IPA, IPS, Bahasa, ITB, UI, UGM, UNIMED. Makan
Tuh Gengsi! (Tips Memilih Jurusan dan Fakultas Studi / Sekolah / Kuliah /
Universitas)
Ini adalah info penting yang saya temukan sewaktu lagi blog walking
X: Lo mau ngambil jurusan apa? IPA ato IPS?
Y: IPA lah! Hare genee masuk IPS? Mau taroh di
mana muka gue?
X: Ah elo mah enak pinter, gua keknya ngambil
IPS nih, gak masuk nile gue. Kalo lo Z? Lo maungambil jurusan apa?
Z: Gue sih pengennya ngambil jurusan bahasa,
gua enjoy banget baca yang namanya karya sastra.Tapi gua takut gak dapet
kerjaan sih sebenernya. Mau jadi apa gua ngambil jurusan bahasa.
Hampir dua tahun kemudian.
X: Lo jadinya kuliah mau ngambil di mana?
Y: Gua pengen masuk ke Teknik Kimia ITB ah.
Keren keknya, lagian kuliah di ITB khan prestis gitu. Kalo lo mau masuk mana?
X: Gua mau masuk Akuntansi UI aja ah, prospek
karirnya bagus katanya, bisa cepet jadi orang tajir gue. hehe.
Y: ho.. beda kota donk yah kita berarti? Kalo
lo Z? Lo mau masukke mana?
Z: Gak tau deh, gua masih bingung. Gak tau gua
mau masuk mana.
Kegalauan hampir pasti menjadi bagian dari
para siswa SMA di seluruh Indonesia. Dimulai dari pemilihan jurusan IPA, IPS
dan Bahasa, sampai ke tahap yang paling galau dari semua kegalauandi zaman SMA:
Mau masuk ke mana, dan ambil jurusan apa pas
kuliah nanti?
Melalui tulisan ini, saya akan mencoba untuk
memberikan pendapat mengenai fenomena kegalauan ini dari sudut pandang seorang
alumni lulusan salah satu universitas teknik negeri yang adadi kota Bandung. Di
mana di jurusan ini saya pernah mengalamisiksaan batin yang namanya
“salahjurusan”, dan mendapat semua kisaran IP yang bisa dibayangkan (yap, saya
pernah mendapatkan IP nol-koma), dan pernah hampir di-DO oleh kampus saya.
PARADIGMA PEMILIHAN JURUSAN, GAJI GAJI DAN
GAJI!
Sebagai mahluk yang tidak pernahpuas dan terus
berkembang, adalah sebuah hal yang wajar jikakita selalu mendapatkan
penghidupan dan kehidupan yang lebih baik dari waktu ke waktu. Mau bukti?
Silahkan kita ingat-ingat kembali. Ketika kita dulu belum punya sepeda, dan
hanya jalan kaki ke sekolah, maka kita menginginkan sepeda dengan sangat. Setelah
sepeda kita miliki? Berakhirkah ini? Tidak! Kita ingin memiliki motor agar
perjalanan kita lebih nyaman. Danketika kita telah memiliki motor, maka kita
pun ingin memiliki mobil pribadi. See? Manusia adalah mahluk yang tidak pernah
puas, dan selalu menginginkan perbaikandi dalam hidupnya.
Begitu pula dengan perihal pemilihan jurusan
di dalam dunia pendidikan formal. Pemilihan ini akan selalu dikaitkan dengan
potensial kualitas kehidupan di masa depan dari jurusan yang akan dipilih. Dan
parameter apa yang paling bisa diukur di dalam kehidupan? Yap! Pendapatan.
Gaji,gaji dan gaji! Semuanya dikaitkan dengan potensial lapangan pekerjaan, dan
gaji yang bisa diterima oleh lulusan jurusan tersebut. Sehingga teramat sering
sebuah diskusi mengenai pemilihan jurusan berakhir dengankata-kata yang menurut
saya sangat menyedihkan, tapi teramatrealistis:
Ha??? Serius kamu mau ngambil jurusan itu???
Mau jadi apa ke depannya??? Mau makan apa kamu???
PEMILIHAN JURUSAN DAN PENYAKIT KHAS INDONESIA,
GENGSI!
Selain masalah gaji, ada lagi alasan lainnya
yang biasanya menjadi alasan pemilihan jurusan: Gengsi! Adalah sebuah hal bodoh
yang mengakar di Indonesia bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang
gemar pamer. Tidak percaya? Lihat sajabetapa masyarakat Indonesia senang
memamerkan apapun, mulaidari gelar perkuliahan (ST, dr, MM, MBA, dll), sampai
ke gelar keagamaan yang menurut saya seharusnya tidak dipamerkan (Haji).
Sehingga tidaklah mengherankan bahwa gengsi ini menjadi salah satu kriteria
pemilihan jurusan, dan komentar-komentar bodoh yang memojokkan jurusan seperti
di bawah ini umumditemukan:
Gengsi donk gua masuk kelas IPS!
Masa gua masuk jurusan sastra jawa? Yang bener
aja?
Mau jadi apa? Jadi insinyur lah! Keren gitu!
Gengsi, sebuah kebodohan yang menurut saya mengakar
dengan sangat kuat di kehidupan masyarakat Indonesia. Gengsi ini begitu
mengakarnya, sehingga terkadangpassing gradesuatu jurusan pun sering menjadi
dindingyang secara tak langsung memisahkan kehidupan sosial antar mahasiswa.
Terkadang seseorang akan dianggap hebat, dan dipandang sebagai golongan elit
apabila dia sanggup masuk ke jurusan yang standarpassing grade-nya tinggi.
Sehingga adalah hal yang bisa dimaklumi jika para remaja yang memang sedang
berada di fase pencarian identitas, dan pengakuan, akan tergiur untuk masuk ke
dalam golongan “elit” ini.
PASSION IS THE KEY
Tidak sedikit orang yang memilih jurusan
berdasarkan potensial gajidan gengsi yang berhasil mencapaitarget dan
angan-angan kehidupanyang dulu mereka inginkan. Banyak yang puas dengan hal
pencapaian-pencapaian yang telahmereka capai. Akan tetapi tidak sedikit dari
mereka yang merasa tidak puas dan mempertanyakan mengapa meraka bisa menjadi
budak uang, dan gengsi. Banyak pula yang pada akhirnya mempertanyakan hal yang
kecil tapi cukup menyiksa batin:
Apa yang terjadi jika dahulu sayatidak
mengambil jurusan ini, dan mengambil jurusan lainnya seperti minat saya?
Pertanyaan ini akan semakin menguat dari waktu
ke waktu, danmenyiksa batin mereka. Mungkin pertanyaan ini akan menghilang
sesaat, seiring dengan pembenaran-pembenaran yang kita berikan untuk diri kita
sendiri. Akan tetapi pertanyaan tersebut akan timbul lagi, perlahan tapi pasti,
menyiksa batin manusia yang memang bersifat rapuh. Mungkin ini terdengar aneh
dan mengawang-awang, akan tetapi solusi dari siksaan batin ini hanya 1:
Kejarlah apa yang menjadi passion/minat anda!
Setiap manusia pasti memiliki passion di suatu
bidang yang mereka anggap sebagai sesuatu yang merepresentasikan dirinya. Ada
orang yang suka menulis, adayang suka berhitung dan membuatsesuatu, ada pula
yang suka menolong orang lain, semua itu sah-sah saja, sepanjang hal itu tidak
merugikan orang lain dan menentang hukum yang berlaku, adalah hak setiap
manusia untuk melakukan apa yang dia inginkan.
KAPAN KITA TAHU BAHWA SESUATU ADALAH PASSION
KITA?
Pertanyaan menarik berikutnya adalah, kapan
kita tahu bahwa sesuatu itu adalah passion kita? Menurut saya jawabannya cukup
simpel:
Sesuatu adalah passion kita, jika ketika kita
mengerjakan hal tersebut, maka waktu akan berlalu dengan cepat. Badan dan
pikiran kita pun akan rileks dan enjoy mengerjakannya, entah itu 5 menit,
sejam, 5 jam, ataupun seharian, tidak akan ada bedanya. Pada kenyataannya,
terkadang kita sama sekali tidak merasa perlu untuk beristirahat, bahkan ketika
mengerjakan sesuatu yang pada umumnya oranganggap sebagai sesuatu yang teramat
melelahkan.
Terdengar seperti kisah dongeng kah? Ya,
memang saya akui ini terdengar berlebihan, tapi inilah kenyataannya. Ketika
kita melakukan sesuatu yang kita senangi, maka semua waktu akan berjalan tanpa
terasa. Pernahkahkita merasakan seakan-akan kita terbenam ke dalam suatu hal
sampai lupa waktu? Seperti itulahkira-kira rasanya menjalankan passion kita.
Dan passion inilah sebuah hal yang memungkinkan kita untuk membuat sebuahmasterpiecedi
dalam hidup kita.
PINTAR SAJA TIDAK CUKUP!
Pintar saja tidak akan cukup untuk menghadapi
kerasnya hidup ini! Memang tidak semua orang yang mengikuti passionnya berhasil
di dalam kehidupan, banyak juga yang hancur dihajar kerasnya hidup. Tapi satu
hal yang pasti:
Sebagian besar orang yang suksesdi level dunia
adalah orang yang mengikuti, dan mengejar passionnya.
Mengapa?
Karena mereka akan memiliki cukup “bahan
bakar” untuk mengejar target 10.000 jam di dalam bidang yang mereka tekuni.
Ada apa dengan angka 10.000 jam ini?
Angka 10.000 jam ini adalah sebuah angka yang
menurut riset dari Malcolm Gladwell (penulis buku Outliers) merupakan jumlah
rata-rata jam kerja yang harus dicapai oleh seseorang untuk dapat menjadi
master di sebuah bidang. Dengan asumsi bahwa kitabekerja 9 jam perhari, dan 250
hari dalam setahun, maka kita akan membutuhkan waktu sekitar 4.44 tahun untuk
mencapai tahap master di bidang yang kita pilih. Tentu saja kita bisa
mengerjakan ini semua, dan menjadi master di suatu bidang, meskipun itu
dilakukan tanpa passion. Akan tetapi perjalanan akan berasa jauh lebih ringan
jika kita mengejar sesuatu yang kita sukai.
Tidak percaya?
Coba saja tinjau sampel kita yangpertama: Prof
Dr. Bacharuddin Jusuf Habibie. Beliau adalah seorang insinyur lulusan RWTH
Aachen, salah satu universitas teknik ternama yang berada di negara Jerman.
Beliau merupakansalah seorang yang sudah dikenal di dalam dunia teknik, dan
pernahpula menjadi presiden di NKRI. Sangkin terkenalnya kepintaran bapak
habibie ini, sampai-sampai muncul istilah “otaknya encer kayak habibie”. Akan
tetapi benarkah ini semua murni karna kepintarannya? Tidak! Ini semua juga buah
dari puluhan ribu jam kerja keras yang beliau jalankan. Di dalam bukunya yang
berjudul “Habibie dan Ainun” diceritakan bagaimana beliau sering larut di dalam
pekerjaannya, hingga lupa makan dan istirahat. Sangkin seringnya lupa
istirahat, dan makan, sampai-sampai
almarhum ibu Ainun sering melemparkan perlengkapan tidur Pak Habibie, dan
menguncinya di dalam kamar tempatnya bekerja.
Apa yang sebenarnya membuat beliau tahan
bekerja seperti ini? Jelas satu,
Passion terhadap apa yang beliau kerjakan.
PASSION, UANG, DAN KESUKSESAN
Lalu dimana letak uang dan kesuksesan jika
kita mengejar sesuatu yang bernama passion ini?Bukankah kita butuh uang untuk
hidup? Dan sebagai manusia, kita juga memiliki kebutuhan psikologis untuk
dihargai? Mungkin ini akan terdengar omong kosong, tapi percayalah bahwa:
Jika kita mengejar passion kita, maka uang dan
kesuksesan akan datang kepada kita dengan sendirinya.
Ya! Uang dan kesuksesan akan datang dengan
sendirinya. Ketika kita ahli di dalam suatu hal, makaakan ada orang yang
membutuhkan kita. Meskipun itu yang kita kejar merupakan sesuatu yang
tidakmainstreamdi negara kita ini. Pernah saya menonton sebuah liputan di
televisi, bahwa ada salah seoranglulusan SD yang gemar menari tradisional,
berhasil merantau danmenjadi pengajar tari tradisional di Amerika Serikat. Saya
lupa namanya, tapi sang penari ini diajak untuk mengajarkan seni tari tradisional
di Amerika oleh salah seorang turis warga negara Amerika yang sedang menonton
pertunjukannya. Dan menariknya adalah, si penari ini tidak bisa bahasa inggris
sama sekali pada awalnya! Semua hanya bermodal kecintaan terhadap bidang yang
dia lakukan, tari tradisional Indonesia (saya lupa apa nama tariannya).
Jadi tidak usah khawatir,
Orang yang mengejar passion akanselalu
memiliki tempat di dunia ini. Mungkin tidak di negeri Indonesia tercinta ini,
akan tetapi akan selalu ada tempat untuk mereka, walaupun itu di belahan dunia
lainnya.
TERBANGUN DARI DUNIA MIMPI, PASSION VS REALITA
KEHIDUPAN
Sebelumnya sudah diceritakan yang indah-indah
mengejar passion dan pemilihan jurusan. Akan tetapi tidak dapat dipungkiribahwa
keinginan tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Sering kita mendapati bahwa
mimpi kita terhalang berbagai macam hal, termasuk di antaranya adalah
permasalahan finansial, keluarga, dan masalah akademik kita yang tidak memadai.
Tanpa berusaha untuk mengecilkan masalah yang dialami, berikut saya coba untuk
memberikan pandangan dari solusi yang mungkin untuk masalah-masalah yang
mungkin ada. Tentunya yang saya tulis ini akan terlihat lebih mudah dari
kenyataanya, karena memang pada dasarnya berbicara itu lebihmudah daripada
mengerjakan sesuatu, dan karena memang hanya pemilik masalahnya sendiri lah
yang bisa menyelesaikan semuanya, bukan orang luar seperti saya.
1. Masalah Finansial 1 – Biaya Kuliah Tidak
Mencukupi
Jika masalah yang dialami adalah masalah biaya
kuliah, janganlah menyerah untuk mengejar jurusan yang menjadi passion anda.
Pergunakanlah internet dan jaringan yang anda miliki dengan baik, dan carilah
informasi tentang beasiswa-beasiswa yang memungkinkan anda untuk melakukan
studi di jurusan yang anda inginkan. Saya bukan seorang ahli di bidang
beasiswa, tapi
Permasalahan finansial bukanlah sebuah
halangan yang tidak bisa ditaklukkan di dalam mengejar mimpi kita.
Saya sendiri mengenal beberapa orang teman
kuliah dan SMA sayayang melakukan studi dengan uangdari beasiswa. Dan mereka
berhasil menyelesaikan pendidikanS1 mereka.
2. Masalah Finansial 2 – Tulang Punggung
Keluarga
Masalah akan menjadi lebih rumit jika ternyata
kita harus menjadi tulang punggung keluarga. Saran saya untuk hal ini,
dahulukan prioritas yang lebih tinggi. Bagaimanapun juga,
Keluarga harus didahulukan melebihi yang
lainnya.
Akan tetapi,
Jangan dulu menyerah terhadap mimpi anda.
Tetap pupuk mimpi anda, dan bergeraklah
perlahan untuk menggapainya. Saya sendiri mengenal seorang teman saya yang bisa
menjadi tulang punggungkeluarga dan masih tetap bisa bersekolah sarjana. Memang
akanteramat berat, tapi semua akan berbuah manis pada waktunya.
3. Masalah Akademik – Nilai Tidak Mencukupi
Ini adalah masalah klasik yang biasa dihadapi
dalam pemilihan jurusan, nilai yang tidak mencukupi. Entah itu nilai
SNMPTN/SPMB (atau apapun namanya itu sekarang), ataupun nilai rapor yang akan
digunakan untuk penjurusan IPA/IPS. Jika ini adalah masalah yang terjadi, maka
Amat sangat di”haram”kan untuk menyerah!
Ambillah jalan berputar! Pindahlahke tempat
yang memungkinkan anda untuk masuk ke jurusan yanganda inginkan, atau tunggulah
sampai kesempatan berikutnya datang. Saya pribadi berpendapatbahwa lebih baik
saya mengulang dan menunggu 1-2 tahun demi halyang saya senangi, daripada saya
harus menjalani suatu hal yang saya tidak suka.
Sekali lagi, tolong lupakan itu yang namanya
gengsi, dan terima kekalahan anda seperti orang dewasa. Tetaplah yakin, bahwa
diumur 40an (atau mungkin lebih cepat dari itu), anda akan memetik buah dari
apa kesabaran anda sekarang. Keep your hope uphigh, and be patient, really
reallypatient.
4. Masalah Keluarga – Keluarga (Orang Tua)
Tidak Mendukung
Satu lagi masalah klasik di dalam pemilihan
jurusan (dan juga yang lainnya), keluarga yang tidak mendukung. Jika ini
terjadi kepada anda, tetaplah yakini 1 hal, bahwa:
Keluarga anda, terutama bapak dan ibu anda
menginginkan yang terbaik untuk anda.
Yang menjadi masalah di sini adalah, kadang
semua berjalan tidak sesuai dengan keinginan anda. Dan sepengamatan saya,
Jarang sekali ada orang tua yang benar-benar
diktator, dan tidak peduli terhadap apa yang anaknyapikirkan.
Sebagian besar dari mereka hanyalah manusia
biasa yang inginanaknya hidup bahagia, melebihi kebahagiaan yang mereka
dapatkan.
Berdasarkan pengalaman saya sendiri,
sebenarnya hal ini bisa diselesaikan dengan mengobrol secara serius dan
dilakukan dari hati ke hati dengan mereka. Sebagai gambaran, ibu saya adalah
seorang dengan pendirian dan didikan yang keras. Banyak target-target yang
waktu itu saya anggap aneh yang harus saya jalani tanpa bisa ditawar. Akan
tetapi, di luar semua ketegasannya itu, saya berhasil membujuk beliau untuk
merestui kepergian saya mengejar mimpi untuk S2 di luar negeri.
Gimana caranya?
Mudah saja,
Saya berbicara dengan lembut kepada beliau
tentang mimpi saya,mengapa itu penting untuk saya. Di samping itu, saya juga
membuktikan bahwa saya telah mantap untuk mengejar mimpi saya, dan siap untuk
menanggung semua resiko yang bisa terjadi di dalam prosesnya.
Dan alhamdulillah beliau pun merestui usaha
saya untuk mengejar mimpi S2 di luar negeri.Perlu kiranya kita perhatikan bahwa
di dalam membujuk, dan memberikan pengertian kepada keluarga, menunjukkan rasa
hormat kita terhadap mereka adalah sesuatu yang penting. Karena bagaimanapun,
mereka lahorang-orang yang menjadikan kitaada, dan telah berjasa di dalam hidup
kita.
KESIMPULAN
So, apa kesimpulan yang bisa kitaambil dari
sini? Pilihlah jurusan yang sesuai dengan minat kita. Lupakan saja itu kedua
variabel yang bernama gaji dan gengsi, terlebih jika kita tidak memiliki
permasalahan di dalam bidang finansial (yang mengharuskan kitauntuk menjadi
tulang punggung keluarga). Jadilah orang dewasa, dan pantang menyerahlah di
dalammengejar hal yang menjadi passionkita. Mungkin semuanya tidak akan terbayar
dalam waktu yang singkat, akan tetapi yakinlah akandatang suatu hari di mana
kita akan memandang ke belakang dengan senyuman, dan berkata:
Untung dulu saya mengejar apa yang menjadi
passion saya.
0 komentar:
Posting Komentar